Bentrokan Pemuda Pancasila dan GRIB Jaya di Blora, Jawa Tengah: Penyebab dan Reaksi
Blora, Jawa Tengah – Sebuah bentrokan terjadi antara dua organisasi masyarakat (ormas), Pemuda Pancasila (PP) dan Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, di Kabupaten Blora pada Selasa, 14 Januari 2025. Insiden tersebut terjadi di perempatan traffic light Kelurahan Karangjati, Kecamatan Blora, yang melibatkan tindakan pengeroyokan dan kerusakan properti.
Penyebab Bentrokan Pemuda Pancasila vs GRIB Jaya
Berdasarkan laporan Ketua RT setempat, Sigit, insiden bermula saat sebuah mobil Pemuda Pancasila berhenti di lampu merah di Kelurahan Karangjati. Saat itu, diduga anggota GRIB Jaya menghampiri dan mengadang kendaraan tersebut. Sigit menyebutkan bahwa mobil Pemuda Pancasila berhenti karena lampu merah, namun tiba-tiba dikepung oleh kelompok GRIB Jaya dari arah selatan.
“Mobil Pemuda Pancasila berhenti karena lampu merah, tiba-tiba dikerumuni kelompok GRIB Jaya, lalu seorang anggota Pemuda Pancasila dikeroyok,” ungkap Sigit.
Korban yang merupakan anggota Pemuda Pancasila mengalami luka serius di kepala akibat dipukul dengan batu. Dia terkapar di trotoar dan harus diamankan oleh warga setempat. Selain itu, mobil dengan nomor polisi B 1728 UZM juga mengalami kerusakan akibat aksi kekerasan tersebut. Beberapa orang lainnya juga dilaporkan mengalami luka.
Pemuda Pancasila Menolak Kehadiran GRIB Jaya di Blora
Bentrokan ini tidak terlepas dari ketegangan yang sudah berlangsung sejak sehari sebelumnya. Pada Senin, 13 Januari 2025, ormas Pemuda Pancasila Blora menggelar aksi di kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GRIB Jaya yang terletak di Kecamatan Ngawen. Dalam aksi tersebut, puluhan anggota Pemuda Pancasila datang menggunakan truk dan kendaraan lainnya untuk menuntut agar GRIB Jaya meninggalkan Blora.
Menurut Ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila, Munaji, ormas mereka menolak keras keberadaan GRIB Jaya di Kabupaten Blora. Munaji menyatakan, “Pemuda Pancasila dan masyarakat tidak suka dengan adanya GRIB di Blora. Jika ada, kami akan berurusan dengan mereka.”
Munaji juga mengungkapkan bahwa GRIB Jaya di Blora diduga ilegal dan keberadaan mereka telah meresahkan masyarakat. Ia meminta GRIB Jaya untuk memenuhi persyaratan legalitas sebelum beroperasi.
Tanggapan dari GRIB Jaya
Menanggapi penolakan tersebut, Ketua DPC GRIB Jaya Blora, Sugiyanto, membantah bahwa ormas yang ia pimpin bersifat ilegal. Menurut Sugiyanto, GRIB Jaya sudah terdaftar secara resmi dan memiliki sekitar 750 anggota di Blora. Ia juga menjelaskan bahwa GRIB Jaya telah berada di Blora selama tiga bulan tanpa adanya masalah serius.
“Saya tidak tahu kenapa Pemuda Pancasila menentang keberadaan kami di sini. Kami sudah legal dan diakui secara nasional,” jelas Sugiyanto.
Sugiyanto juga menanggapi tuduhan terkait bisnis pupuk yang dianggap oleh beberapa pihak sebagai mafia pupuk. Ia menegaskan bahwa ia hanya menjual pupuk non-subsidi dan meminta bukti atas tuduhan tersebut.
Reaksi Polisi dan Penyidikan Lebih Lanjut
Pihak kepolisian setempat, melalui Kasi Humas Polres Blora, AKP Gembong Widodo, menyatakan bahwa mereka masih mengumpulkan informasi mengenai bentrokan tersebut. Saat ini, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini.
“Informasi sedang kami kumpulkan, dan jika sudah ada perkembangan lebih lanjut, kami akan segera memberikan keterangan lebih lengkap,” ujar AKP Gembong Widodo.
Kesimpulan: Ketegangan Antar Ormas di Blora
Bentrokan antara Pemuda Pancasila dan GRIB Jaya di Blora menunjukkan adanya ketegangan yang terus memanas antar ormas di daerah tersebut. Meskipun pihak GRIB Jaya membantah tuduhan ilegalitas, Pemuda Pancasila tetap menuntut agar mereka meninggalkan Kabupaten Blora. Kepolisian masih mengumpulkan informasi dan berharap dapat menyelesaikan masalah ini dengan cara yang damai dan tidak memicu kerusuhan lebih lanjut.
Penyelesaian sengketa ini penting agar tidak menambah kerusuhan yang merugikan masyarakat sekitar, serta menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Blora.